Pages

Kamis, 27 Maret 2014

Degradasi Moral Pemimpin Nasional

 Kita semua tahu dan tidak asing lagi dengan arti kata degradasi. Degradasi moral yang melanda Indonesia sebetulnya bukan hanya dialami oleh pemimpin-pemimpin nasional kita saja, tapi telah jauh mengakar ke tingkat daerah dan wilayah-wilayah yang cakupannya kecil. Hal ini terjadi karena para pemimpin bangsa ini telah mempertontonkan bentuk dan cara pendegradasian moral kepada masyarakat sehingga diikuti oleh pemerintah di tingkat daerah dan di wilayah yang lebih kecil. Sikap dan tindakan merekalah yang membuat masyarakat menjadi cenderung apatis dengan pemerintah saat ini. Bagaimana tidak, saat ini moral-moral para pemimpin kita sudah sangat jauh dari kata “BAIK”. Pemimpin yang baik mestinya bisa menjadi jembatan aspirasi untuk memenuhi kepentingan rakyatnya melalui sarana kekuasaan yang dimilikinya, bukan justru sebaliknya menyalahgunakan kekuasaan itu untuk menindas rakyatnya sendiri melalui ketidakpastian hukum, praktek KKN, dan segala bentuk penindasan terhadap rakyat yang terus terjadi setiap hari dan dilakukan dengan sengaja dan tanpa merasa sedikit pun malu. Ketika doktrin sosial, manusia sebagai satu bangsa, maka sudah secara otomatis terdapat saling ketergantungan sebagai satu bangsa dan saling membutuhkan. Orang kaya membutuhkan orang miskin dan orang kuat membutuhkan orang lemah. Realita demikian agaknya belum jamak di Indonesia apabila dilihat secara struktural. Kemiskinan struktural masih sangat kental mewarnai hubungan sosial. Di satu sisi, kehidupan kelompok-kelompok marjinal (kaum buruh, tani, masyarkat adat) sangat tergantung pada kelompok-kelompok kepentingan (penguasa dan pemerintah)  yang berada di luar diri mereka. Akan tetapi, di lain sisi, kelompok-kelompok yang disebut terakhir memiliki kepentingannya masing-masing yang bersifat partisan, yang umumnya berbeda dan tidak sejalan dengan kepentingan kelompok-kelompok marjinal. Sebagian besar kelompok rakyat ini mulai tersingkir dari lakon utama dalam masyarakat. Dari sisi ekonomi, kondisi itu akibat kesehatan yang kurang terjamin, pendidikan yang rendah, dan ketiadaan keterampilan kerja yang kesemuanya berdampak pada rendahnya penghasilan dan daya saing dalam masyarakat yang juga rendah.
Sungguh sangat miris jika kita melihat lebih jauh, bagaimana kondisi masyarakat saat ini. Harga sembako yang terus meninggi, transaksi jual-beli hasil pertanian yang “berat sebelah”, merupakan segelintir kecil permasalahan bangsa saat ini. Kaum-kaum penguasa semakin ganas melakukan aksinya dengan memeras rakyat tanpa merasa sedikit pun bersalah dan tak ragu melahap hak-hak masyarakat kecil. Mengapa masyarakat kecil sekarang menjadi semakin sulit mendapatkan hak nya ? Mengapa mereka sampai saat ini “yang katanya” telah merdeka dan sekarang menuju usia ke-68 tahun namun masih hidup di bawah garis kemiskinan ? Mengapa semakin hari biaya hidup semakin melonjak naik ? Semua pertanyaan ini hanyalah sebagian kecil dari permasalahan yang dihadapi bangsa sampai pada saat ini sejak lepas dari zaman penjajahan kolonial Belanda. Akan tetapi, mengapa permasalahan-permasalahan itu sampai detik ini belum dapat diatasi oleh para pemimpin kita ? Jawaban atas seluruh pertanyaan tersebut hanyalah 1 hal, yaitu degradasi moral. Lebih tepatnya lagi ialah degradasi moral yang dialami oleh para pemimpin bangsa ini. Perampasan hak rakyat oleh para pemimpin bangsa ini telah meluluhlantakkan semua sendi-sendi kehidupan bangsa. Mereka tidak lagi merasa malu merampas hak-hak masyarakat untuk kepentingan individu, golongan dan kelompoknya.
Sebenarnya bukan hanya kelas-kelas masyarakat kecil yang merasakan semua imbas dari pendegradasian moral pemimpin bangsa ini, namun kelas-kelas menengah juga ikut turut merasakan imbasnya. Akan tetapi, kaum-kaum kelas menengah  masih bisa berhemat dalam kondisi seperti ini. Lalu bagaimana dengan kelompok masyarakat yang umum di kategorikan sebagai kelas-kelas bawah ? Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih berkekurangan, jadi apa yang akan dihemat ?
Sungguh sangat ironis kondisi bangsa sekarang disaat masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Para pemimpin tidak pernah malu untuk tetap memeras rakyat, pemiskinan secara sistematis dan kontinyu yang dilakukan pemerintah merupakan pelanggaran berat yang telah berlangsung sejak lama, dan akan terus berlangsung sampai tidak ada satu pun yang tahu kapan akan berakhir. Para pemimpin bangsa dan segenap komponen masyarakat terdidik dan bagian dari kekuatan kelompok sipil (civil society) harus bersama-sama mendorong berlangsungnya Revolusi Moral Bangsa dengan mengikis mental koruptif sehingga pemimpin yang dikehendaki akan mampu untuk mengangkat keterpurukan bangsa, mengedepankan kejujuran dan nurani, serta mengutamakan kepentingan rakyat. Hingga pada akhirnya, degradasi moral akan berkurang dan terciptanya situasi masyarakat yang sejahtera. Semoga.

Oleh : Lorensius Mario Geri, Ketua Presidium PMKRI Pontianak Periode 2013-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

 photo foto-animasi-bergerak-6710_zps25aba06b.gif

About