Gbr 1. KKS 2014 siap di laksanakan |
“Petualangan”
pun di mulai. Senin, 17 Februari 2014, persiapan akhir di laksanakan oleh
peserta KKS 2014 dengan menghadirkan diri di Margasiswa PMKRI Pontianak.
Setelah di rasa siap dan bus yang di nanti pun tiba, rombongan peserta yang
berjumlah 19 orang pun bergegas naik bus dan menduduki kursi empuk yang
tersedia. Di bekali dengan doa, rombongan pun akhirnya berangkat tepat pada
pukul 09.24 WIB. Langit yang mendung di sertai dengan rintik hujan dengan
intensitas sedang, mewarnai sepertiga perjalanan menuju lokasi. Pukul 11.30
WIB, bus pun tiba di Gereja St. Petrus Kanisius Paroki Tayan Hilir, tempat
persinggahan sementara sambil menunggu jemputan menuju Dusun Embuluh Kenaik.
Karena akses jalan menuju kampung belum bisa di lewati oleh mobil desa yang
menjemput, maka seluruh rombongan (termasuk 1 orang tim perintis yang telah
lebih dulu tiba di paroki) beristirahat sembari menunggu jalan membaik agar
dapat di lewati. Setelah sempat berbincang – bincang dan membantu kegiatan
pastor di paroki, pukul 13.45 WIB, mobil yang di nanti pun tiba. Tepat pukul
14.10 WIB, mobil desa hasil dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Transportasi
Perdesaan Tahun 2012 pun berangkat dengan mengangkut peserta KKS 2014 PMKRI
Pontianak untuk menuju lokasi.
Gbr 2. Salah satu titik jalan menuju lokasi |
Disini
lah ironi terjadi. Sepanjang perjalanan menuju kampung yang di tuju, rombongan
di suguhi dengan jalan yang berasal dari tanah merah. Tanah yang tentu nya akan
menjadi licin dan sulit untuk di lewati manakala hujan turun. Dan hal itulah
yang terjadi pada jalan yang di lewati, karena sehari sebelumnya, hujan sempat
mengguyur lokasi hingga menyebabkan keterlambatan penjemputan di paroki.
Infrastruktur jalan seperti itukah yang harus masyarakat terima sebagai
kompensasi atas jauh nya akses menuju pusat kabupaten ?
Sawit, sawit, dan sawit. Sepanjang perjalanan
menuju lokasi, hanya kebun sawit yang menemani perjalanan rombongan. Ya,
Kalimantan Barat memang sudah “habis” karena sawit, dan sudah “sewajarnya”
pemandangan tersebut di ketemukan. Mobil desa tersebut pun berhenti manakala
tiba di simpang jalan menuju dusun yang di tuju. Alasannya sederhana : “Jalan
Rusak”. Lagi – lagi rombongan harus di “paksa” untuk memahami jalan yang
hancur, yang belum pernah tersentuh dengan aspal yang memenuhi jalan ibukota.
Mobil angkutan pun berganti. Di simpang tersebut, telah menunggu 2 orang lagi
tim perintis bersama dengan mobil Taft yang memang telah siap sedari awal, menunggu
perintah untuk berangkat. Karena kapasitas mobil yang tidak mampu untuk
menampung 19 peserta KKS 2014, maka di putuskan bahwa mobil tersebut akan
terlebih dahulu mengangkut peserta wanita bersama dengan barang – barang
bawaan. Konsekuensi logisnya, peserta pria di minta untuk berjalan kaki sembari
menunggu mobil tersebut kembali untuk menjemput peserta. Tanpa menunggu waktu
lama, keputusan tersebut pun di laksanakan. Sepanjang perjalanan,
peserta pria maupun wanita di suguhi pemandangan jalan yang sungguh
memprihatinkan. Infrastruktur jalan yang seharusnya mampu memanjakan pengguna
jalan, tidak lagi pantas dan layak untuk di sebut sebagai jalan yang
sebenarnya. Kubangan air menanti di banyak titik, menghiasi perjalanan
rombongan menuju lokasi. Hingga pada akhirnya, pukul 17.00 WIB, setelah
melewati beberapa persimpangan jalan, rombongan pun tiba di SD Negeri 16 Dusun
Embuluh Kenaik, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau. Di salah satu ruangan
dari sekolah tersebut lah yang kemudian menjadi “markas” bagi peserta KKS 2014
PMKRI Cabang Pontianak Santo Thomas More selama kegiatan yang di jadwalkan dari
tanggal 17-22 Februari 2014 berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar