Pages

Kamis, 15 Mei 2014

PMKRI Pontianak Sharing Bersama Harian Tribun Pontianak

Gbr. 1 Foto Bersama Pemred Tribun Pontianak, Ahmad Suroso
Media dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini memegang peranan yg teramat penting dalam menyebarluaskan informasi dalam bentuk apa pun, termasuk di dalam nya adalah surat kabar/koran. Surat kabar yg merupakan sarana penyedia informasi, dapat juga kemudian kita maknai sebagai media pembelajar. Bagai 2 mata pisau, banyak hal baik yg dapat di pelajari, namun juga di sisi sebaliknya banyak pula hal buruk yg dapat di pelajari jika kita salah mengartikan maksud yg terkandung dalam berita yg di sajikan. Pada dasarnya, sebagai manusia yg bijak, manfaat kan lah informasi yg terkandung dalam suatu berita dengan porsi yg semestinya.

Bicara juga mengenai surat kabar, independensi merupakan hal yg sangat penting untuk di perhatikan dan di pertahankan oleh tiap surat kabar. Begitu pula yg di terus di lakukan oleh Tribun Pontianak. Anak perusahaan dari Kompas Group ini, mengusung tagline yg sangat tepat untuk dimiliki oleh suatu surat kabar, yakni "Independen dan Kredibel". Tagline yg tidak hanya sekedar wacana, karena dalam perjalanan nya, terbukti bahwa 3 prinsip tersebut yg terus di pertahankan oleh salah satu surat kabar terbesar di Kalimantan Barat ini. Oleh karena itulah, PMKRI Pontianak mengagendakan pertemuan bersama Harian Tribun Pontianak guna mendekatkan diri antar satu sama lain dan juga dalam konteks berbagi ilmu bersama.

Kamis, 15 Mei 2014, tepat pukul 16.50 WIB, PMKRI Pontianak hadir dan menemui Pemimpin Redaksi (Pemred) Tribun Pontianak, yakni Bapak Ahmad Suroso setelah sempat berkomunikasi sebelumnya untuk menentukan jadwal pertemuan. Selama kurang lebih 1,5 jam, pertemuan yg lebih tepat di sebut sebagai kunjungan PMKRI Pontianak ini berlangsung dalam 2 topik pembicaraan utama. Yg pertama, PMKRI Pontianak membicarakan terkait dengan rangkaian agenda Perayaan Syukur PMKRI Pontianak ke-53 Tahun, serta sharing mengenai jurnalistik.

Secara singkat, mengenai agenda yg berkaitan dengan rangkaian acara Perayaan Syukur PMKRI Pontianak ke-53 Tahun, PMKRI Pontianak menyampaikan keinginan kepada pihak Tribun Pontianak untuk dapat melaksanakan peliputan kegiatan. Kegiatan yg mengundang berbagai elemen masyarakat Kalimantan Barat, yg di balut dalam 2 agenda besar (Seminar Nasional dan Perayaan Syukur PMKRI Pontianak ke-53 tahun), merupakan rangkaian kegiatan yg sedang dipersiapkan oleh PMKRI Pontianak. Oleh karena hal itulah, PMKRI Pontianak mengajak rekan-rekan media yg ada di Kalimantan Barat dan Pontianak pada khususnya, untuk dapat membantu dalam publikasi kegiatan dan juga sebagai bentuk kerjasama nyata antar satu sama lainnya. Karena, PMKRI Pontianak memposisikan media sebagai rekan kerja dalam mengawal informasi yg baik bagi masyarakat.

Gbr. 2 Foto Bersama Pemred Tribun Pontianak, Ahmad Suroso
Kemudian, bicara mengenai agenda kedua, lebih banyak berbicara mengenai jurnalistik itu sendiri. Dalam suasana diskusi yg hangat, tercipta komunikasi yg baik pula. Bicara pula mengenai tulisan, Beliau menyampaikan pesan agar jangan terpaku pada sistematika penulisan yg baku. "Tuangkan saja ide yg Anda pikirkan di kepala, dan tulis saja apa yg keluar dari pemikiran Anda". Beliau kemudian melanjutkan,"Tulis saja, seperti halnya Anda sedang menulis surat cinta untuk pacar Anda", dan mengakhiri nya dengan tertawa bersama. Kemudian pula, dalam konteks berita dalam surat kabar, beliau mengingatkan bahwa unsur yg sangat penting untuk di perhatikan adalah harus terpenuhi nya prinsip berita yg aktual. Karena selain informatif, berita yg akan disampaikan kepada para pembaca tentulah harus berita yg ter-update sebagaimana mesti nya. Namun tentu tidak berhenti hanya pada 2 hal di atas. Konten berita yg akan di terbitkan, harus pula mempertimbangkan komponen pembawa berita tersebut. Fakta yg terjadi di lapangan, isi berita yang unik, menarik minat baca, penting tidak nya berita yg akan di muat, serta komponen-komponen lain juga kemudian menjadi elemen penting yg saling menguatkan satu sama lain. Itu lah yg kemudian harus di perhatikan oleh setiap penulis berita. Akhirnya, sharing ilmu yg terjadi pun kemudian memang harus di akhiri. Setelah sempat terjadi tanya jawab, kunjungan PMKRI Pontianak pada harian Tribun Pontianak pun di akhiri dengan berfoto bersama. 

Kamis, 27 Maret 2014

Degradasi Moral Pemimpin Nasional

 Kita semua tahu dan tidak asing lagi dengan arti kata degradasi. Degradasi moral yang melanda Indonesia sebetulnya bukan hanya dialami oleh pemimpin-pemimpin nasional kita saja, tapi telah jauh mengakar ke tingkat daerah dan wilayah-wilayah yang cakupannya kecil. Hal ini terjadi karena para pemimpin bangsa ini telah mempertontonkan bentuk dan cara pendegradasian moral kepada masyarakat sehingga diikuti oleh pemerintah di tingkat daerah dan di wilayah yang lebih kecil. Sikap dan tindakan merekalah yang membuat masyarakat menjadi cenderung apatis dengan pemerintah saat ini. Bagaimana tidak, saat ini moral-moral para pemimpin kita sudah sangat jauh dari kata “BAIK”. Pemimpin yang baik mestinya bisa menjadi jembatan aspirasi untuk memenuhi kepentingan rakyatnya melalui sarana kekuasaan yang dimilikinya, bukan justru sebaliknya menyalahgunakan kekuasaan itu untuk menindas rakyatnya sendiri melalui ketidakpastian hukum, praktek KKN, dan segala bentuk penindasan terhadap rakyat yang terus terjadi setiap hari dan dilakukan dengan sengaja dan tanpa merasa sedikit pun malu. Ketika doktrin sosial, manusia sebagai satu bangsa, maka sudah secara otomatis terdapat saling ketergantungan sebagai satu bangsa dan saling membutuhkan. Orang kaya membutuhkan orang miskin dan orang kuat membutuhkan orang lemah. Realita demikian agaknya belum jamak di Indonesia apabila dilihat secara struktural. Kemiskinan struktural masih sangat kental mewarnai hubungan sosial. Di satu sisi, kehidupan kelompok-kelompok marjinal (kaum buruh, tani, masyarkat adat) sangat tergantung pada kelompok-kelompok kepentingan (penguasa dan pemerintah)  yang berada di luar diri mereka. Akan tetapi, di lain sisi, kelompok-kelompok yang disebut terakhir memiliki kepentingannya masing-masing yang bersifat partisan, yang umumnya berbeda dan tidak sejalan dengan kepentingan kelompok-kelompok marjinal. Sebagian besar kelompok rakyat ini mulai tersingkir dari lakon utama dalam masyarakat. Dari sisi ekonomi, kondisi itu akibat kesehatan yang kurang terjamin, pendidikan yang rendah, dan ketiadaan keterampilan kerja yang kesemuanya berdampak pada rendahnya penghasilan dan daya saing dalam masyarakat yang juga rendah.
Sungguh sangat miris jika kita melihat lebih jauh, bagaimana kondisi masyarakat saat ini. Harga sembako yang terus meninggi, transaksi jual-beli hasil pertanian yang “berat sebelah”, merupakan segelintir kecil permasalahan bangsa saat ini. Kaum-kaum penguasa semakin ganas melakukan aksinya dengan memeras rakyat tanpa merasa sedikit pun bersalah dan tak ragu melahap hak-hak masyarakat kecil. Mengapa masyarakat kecil sekarang menjadi semakin sulit mendapatkan hak nya ? Mengapa mereka sampai saat ini “yang katanya” telah merdeka dan sekarang menuju usia ke-68 tahun namun masih hidup di bawah garis kemiskinan ? Mengapa semakin hari biaya hidup semakin melonjak naik ? Semua pertanyaan ini hanyalah sebagian kecil dari permasalahan yang dihadapi bangsa sampai pada saat ini sejak lepas dari zaman penjajahan kolonial Belanda. Akan tetapi, mengapa permasalahan-permasalahan itu sampai detik ini belum dapat diatasi oleh para pemimpin kita ? Jawaban atas seluruh pertanyaan tersebut hanyalah 1 hal, yaitu degradasi moral. Lebih tepatnya lagi ialah degradasi moral yang dialami oleh para pemimpin bangsa ini. Perampasan hak rakyat oleh para pemimpin bangsa ini telah meluluhlantakkan semua sendi-sendi kehidupan bangsa. Mereka tidak lagi merasa malu merampas hak-hak masyarakat untuk kepentingan individu, golongan dan kelompoknya.
Sebenarnya bukan hanya kelas-kelas masyarakat kecil yang merasakan semua imbas dari pendegradasian moral pemimpin bangsa ini, namun kelas-kelas menengah juga ikut turut merasakan imbasnya. Akan tetapi, kaum-kaum kelas menengah  masih bisa berhemat dalam kondisi seperti ini. Lalu bagaimana dengan kelompok masyarakat yang umum di kategorikan sebagai kelas-kelas bawah ? Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih berkekurangan, jadi apa yang akan dihemat ?
Sungguh sangat ironis kondisi bangsa sekarang disaat masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Para pemimpin tidak pernah malu untuk tetap memeras rakyat, pemiskinan secara sistematis dan kontinyu yang dilakukan pemerintah merupakan pelanggaran berat yang telah berlangsung sejak lama, dan akan terus berlangsung sampai tidak ada satu pun yang tahu kapan akan berakhir. Para pemimpin bangsa dan segenap komponen masyarakat terdidik dan bagian dari kekuatan kelompok sipil (civil society) harus bersama-sama mendorong berlangsungnya Revolusi Moral Bangsa dengan mengikis mental koruptif sehingga pemimpin yang dikehendaki akan mampu untuk mengangkat keterpurukan bangsa, mengedepankan kejujuran dan nurani, serta mengutamakan kepentingan rakyat. Hingga pada akhirnya, degradasi moral akan berkurang dan terciptanya situasi masyarakat yang sejahtera. Semoga.

Oleh : Lorensius Mario Geri, Ketua Presidium PMKRI Pontianak Periode 2013-2014

Jumat, 28 Februari 2014

Bakti Untuk Negeri : Kemah Kerja Sosial (KKS) 2014 // Part. 4 - End -

Seperti hal nya pada hari sebelumnya, Kamis, 20 Februari 2014, penukaran / pergantian komposisi kerja pun kembali di lakukan. Untuk hari ini, komposisi kerja di ubah menjadi : Kelompok 3 piket dan menyiapkan makanan, Kelompok 1 & 2 kerja bakti bersama warga, dan Kelompok 4 tetap pada kerja nya. Namun, lokasi kerja bakti pada hari ini di tetapkan di sepanjang jalan yang terdapat di RT 1. Fokus kerja nya adalah membuka batas jalan yang tertutup oleh rumput dan tanah, menebas rumput, memperbaiki jembatan kayu, dan menambal jalan becek yang ada. Aktivitas lain seperti penyelesaian plang gereja, plang dusun, penambahan jam belajar melalui les sore hari, serta aktivitas rohani dengan pembinaan iman tetap di laksanakan seperti hari – hari sebelumnya. Pada hari ini pula, terjadi penambahan 2 peserta KKS 2014 yang menyusul tiba, sehingga total keseluruhan peserta KKS 2014 adalah 29 orang.

Pukul 19.00 WIB, beberapa warga dari RT 1 dan RT 2 berdatangan. Hal ini dapat di maklumi karena dalam kesepakatan sebelumnya, peserta KKS 2014 yang telah di bagi dalam beberapa keluarga setempat akan di jemput “pulang” ke rumah nya masing-masing. Agenda Live in pun akan mulai berjalan dari malam ini hingga esok (Jumat) sore. Setelah di jemput oleh masing-masing keluarga, kemudian di adakan Ibadat Rosario di rumah Bapak Andreas Acai, Ketua Umat Dusun Embuluh Kenaik, bagi warga yang ada di RT 1 dan di rumah Ketua RT 2. Agenda hari itu pun di tutup seiring dengan berakhir nya Ibadat Rosario.

Keesokan harinya, Jumat, peserta KKS 2014 yang telah di bagi ke masing-masing KK terpilih memulai aktivitas nya sebagai anak angkat di keluarga tersebut. Membuat batako, mengetam padi, hingga aktivitas berladang di lakoni sebagai upaya untuk memahami keluarga masing-masing. Harapan besar dari agenda Live in ini tak lain adalah sebagai salah satu upaya untuk menyerap aspirasi dari masyarakat setempat untuk kemudian akan di sampaikan pada pihak terkait. Dengan hadir di tengah-tengah keluarga, peserta KKS 2014 akan jauh lebih nyaman berkomunikasi dan berinteraksi lebih lanjut dalam upaya mendalami problematika yang selama ini di rasakan oleh warga Dusun Embuluh Kenaik. Pukul 17.00 WIB, peserta di kembalikan ke basecamp KKS 2014. Agenda selanjutnya yang di laksanakan adalah agenda ramah tamah, sebelum menutup hari.

Sabtu, 22 Februari 2014, adalah hari terakhir PMKRI Pontianak beraktivitas di Dusun Embuluh Kenaik. Pukul 08.30 WIB, pastor paroki Tayan Hilir di hadirkan untuk menyampaikan materi lebih lanjut mengenai Pembinaan Iman Katolik kepada warga Dusun Embuluh Kenaik dan tamu undangan yang merupakan perwakilan dari masing-masing warga dusun yang termasuk dalam Desa Sungai Jaman. Desa Sungai Jaman sendiri adalah desa yang memiliki 11 dusun yang termasuk di dalamnya. Agenda selesai, lalu di lanjutkan dengan santap bersama, sebelum akhirnya di tutup dengan Misa Penutupan dan Sidang Penutupan KKS 2014 PMKRI Cabang Pontianak St. Thomas More.

Sidang Penutupan KKS 2014 sendiri di hadiri oleh Staf Bidang I Pemerintah Kabupaten Sanggau, Bapak Yohanes Supriyanto, SH. bersama dengan Kepala Desa Sungai Jaman dan perangkat desanya. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi bagi PMKRI Pontianak atas kegiatan Kemah Kerja Sosial (KKS) 2014 yang baru saja berakhir. Beliau juga berharap agar ke depannya untuk dapat menambah personil yang hadir agar kegiatan Kemah Kerja Sosial (KKS) selanjutnya dapat berjalan maksimal, mengingat waktu kerja yang mencapai 1 minggu di lapangan. Artinya, semakin banyak personil yang hadir, maka fleksibilitas kerja akan semakin baik untuk mencapai hasil yang lebih maksimal. Namun, sebagai perwakilan dari Pemkab Sanggau, beliau sangat mendukung dan sekali lagi memberikan apresiasi luar biasa kepada PMKRI Cabang Pontianak St. Thomas More.

Seperti halnya pihak pemerintah kabupaten, Pastor Paroki Kecamatan Tayan Hilir saat ditanyai pendapat nya juga menyampaikan apresiasi bagi kehadiran dan bakti PMKRI Pontianak di Dusun Embuluh Kenaik ini. Terlebih lagi, PMKRI Pontianak memberikan perhatian bagi iman kekatolikan warga setempat melalui agenda Pembinaan Iman bagi Umat serta Pendampingan Iman Anak (PIA) bagi siswa/i yang beragama katolik, sehingga bantuan yang PMKRI Pontianak hadirkan bagi warga tidak hanya bantuan secara fisik namun juga non-fisik. Pastor pun berharap penuh agar setidak-tidaknya warga Embuluh Kenaik mampu untuk mengubah cara pandangnya tentang kehidupan, dan semoga ada hal positif yang warga dapatkan dari agenda KKS ini.

Segera setelah semua agenda terselesaikan, peserta pun berpamitan pada warga Dusun Embuluh Kenaik, dan Kemah Kerja Sosial (KKS) 2014 Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Pontianak Santo Thomas More Periode 2013-2014 pun berakhir.

Pengalaman yang sungguh berharga dari kesempatan yang teramat berharga.

Foto bersama masyarakat Dusun Embuluh Kenaik
sesaat sebelum pulang ke Pontianak


Rabu, 26 Februari 2014

Bakti Untuk Negeri : Kemah Kerja Sosial (KKS) 2014 // Part. 3


Gbr 1. Foto bersama perangkat desa serta kepala dusun
Selasa, 18 Februari 2014. Hari kedua kami berada di lokasi yang baru, jauh dari hiruk pikuk ibukota, di Dusun Embuluh Kenaik kami saat ini. Setelah menutup hari pertama dengan silahturahmi singkat dan Sidang Pembukaan kegiatan Kemah Kerja Sosial (KKS) 2014 di ruang kelas 3-4 (2 kelas di gabung dalam 1 ruangan yang sama), hari kedua rekan-rekan peserta telah di bagi dalam 4 kelompok kerja dengan beban kerja nya masing-masing. Kelompok kerja yang di bentuk saat briefing malam sebelumnya terdiri dari kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4. Pembagian tugas untuk hari pertama kerja di lokasi adalah : Kelompok 1 bertugas untuk piket dan memasak untuk kebutuhan makan 1 hari, Kelompok 2 dan 3 bertugas untuk kerja bakti bersama warga dengan lokasi kerja terletak di jalan poros atau jalan masuk menuju kampung, serta Kelompok 4 bertugas dan bertanggungjawab untuk penyelesaian plang gereja dan plang dusun.

Tepat pukul 08.00 WIB, rekan-rekan anggota yang tergabung dalam kelompok 2 dan 3, serta kelompok 4 pun melaksanakan tugas nya hari itu, segera setelah menyantap sarapan pagi yang di sediakan oleh kelompok 1. Pukul 12.00 WIB, seluruh kelompok kerja beristirahat kembali di basecamp KKS 2014, sembari menunggu makan siang tersedia. Setelah beristirahat dan makan siang, pukul 13.00 WIB rekan-rekan kembali bekerja sesuai dengan beban kerja kelompok masing-masing. Setelah 3 jam bekerja, rekan-rekan pun kembali ke basecamp. Mengisi waktu sore, sebagai bentuk pendekatan diri kepada warga setempat, peserta berolahraga bersama di lapangan sekolah. Voli dan sepakbola di lakukan bersama dengan warga. Namun, khusus untuk beberapa anggota, di berikan tugas untuk pendampingan dan pembinaan iman warga di Kapel St. Yoseph, Dusun Embuluh Kenaik. Pukul 19.00 WIB, warga di undang untuk hadir dalam Dialog Bersama Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sanggau (diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Tayan) yang di gagas oleh PMKRI Pontianak. Acara yang sempat molor 1 jam ini pun berjalan dengan baik bersama dengan antusias nya warga dalam menyimak dan berkomunikasi langsung dengan narasumber yang di hadirkan. Acara tersebut pun menandai berakhirnya aktivitas peserta KKS 2014 untuk hari kedua di lokasi.

Hari ketiga di lokasi (Rabu, 19 Februari 2014), fokus kerja antar kelompok di tukar agar semua anggota kelompok dapat merasakan tugas kerja dari kelompok lain nya. Untuk Rabu, komposisi kerja berubah menjadi : Kelompok 2 piket dan menyiapkan makanan, Kelompok 1 dan 3 kerja bakti bersama warga, serta Kelompok 4 khusus untuk tetap fokus pada tugas kerja nya. Lokasi kerja kelompok 1 dan 3 adalah di RT 2 (Kampung Jangku). Sekedar informasi, Dusun Embuluh Kenaik terdiri dari RT 1 dan RT 2. RT 1 merupakan pusat dusun, dan RT 2 terdiri dari 2 kampung yaitu kampung Jangku dan kampung Serangkang. Jarak antara RT 1 dan RT 2 ± 30 menit perjalanan dengan sepeda motor. RT 1 terdiri dari 50 Kepala Keluarga (KK), dan RT 2 terdiri dari 12 KK.

Gbr 2. Kerja bakti bersama warga
Fokus kerja untuk hari Rabu ini adalah di Kampung Jangku. Untuk keberangkatan, anggota kelompok 1 & 3 di angkut dengan menggunakan mobil Taft. Namun, karena kondisi jalan yang rusak dan cukup sulit untuk di lalui, maka perjalanan pun terhambat sehingga waktu perjalanan menjadi 1 jam perjalanan. Tibalah kelompok 1 & 3 di lokasi pada pukul 10.30 WIB. Sesampainya di lokasi, peserta di arahkan untuk berkumpul dan rehat sejenak di rumah ketua RT 2. Setengah jam beristirahat, peserta pun segera menuju lokasi kerja yaitu lapangan sepakbola yang tidak terawat. Fokus kerja kali ini adalah menebas ilalang yang tumbuh liar di lapangan dan merapikan kembali lapangan voli yang juga tidak terawat. Tugas selesai, peserta pun di arahkan berkumpul kembali di rumah ketua RT 2 dan bersilahturahmi dengan jamuan makan bersama warga, sebelum kemudian berolahraga voli bersama. Pukul 17.00 WIB, peserta di kembalikan ke basecamp dengan menggunakan mobil Taft yang membawa peserta sebelumnya. Penambahan peserta terjadi manakala 5 orang anggota yang menyusul tiba di lokasi.

Setelah sempat makan malam dan menyiapkan diri secara pribadi, acara pun di lanjutkan dengan Dialog dengan materi utama yaitu Konflik Sosial. Dialog yang di moderatori oleh Raymundus Geri, selaku Presidium Gerakan Kemasyarakatan (PGK) ini di bawakan oleh Lorensius Mario Geri, Ketua Presidium PMKRI Cabang Pontianak St. Thomas More Periode 2013-2014. Setelahnya, warga di minta untuk mengikuti proses pembagian peserta yang akan melakukan Live in di rumah warga yang bersedia menampung. Acara yang di beri nama “Jika Aku Menjadi” (sama halnya seperti acara yang sempat tayang di TransTV), ini diikuti oleh 15 KK dari 2 RT yang terdapat di Dusun Embuluh Kenaik. Dengan total 27 orang peserta KKS 2014, kemudian di bagi ke dalam 12 KK (masing-masing KK mendapatkan 2 orang peserta KKS) dan 3 KK (masing-masing KK mendapatkan 1 orang peserta KKS). Nantinya, peserta yang telah di bagi dalam tiap “keluarga baru”-nya tersebut harus mengikuti kegiatan apapun yang di lakukan oleh keluarga tersebut, karena status dari peserta setelah di lakukan pembagian adalah sebagai “anak angkat” dari keluarga terpilih. Akan tetapi, penjemputan dari tiap keluarga terpilih kepada “anak angkat”-nya baru di laksanakan saat esok hari nya (Kamis). Pukul 00.00 WIB, rangkaian kegiatan untuk hari Rabu pun selesai.

Senin, 24 Februari 2014

Bakti Untuk Negeri : Kemah Kerja Sosial (KKS) 2014 // Part. 2

Gbr 1. KKS 2014 siap di laksanakan
Setelah sempat berkarya pada tahun 2012 yang lalu, PMKRI Cabang Pontianak Santo Thomas More kembali hadir di Kabupaten Sanggau pada tahun 2014 ini. Melalui mekanisme yang berlaku di perhimpunan serta dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu, lokasi pelaksanaan Kemah Kerja Sosial (KKS) 2014 akhirnya di tetapkan di laksanakan di Dusun Embuluh Kenaik, Desa Sungai Jaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.

“Petualangan” pun di mulai. Senin, 17 Februari 2014, persiapan akhir di laksanakan oleh peserta KKS 2014 dengan menghadirkan diri di Margasiswa PMKRI Pontianak. Setelah di rasa siap dan bus yang di nanti pun tiba, rombongan peserta yang berjumlah 19 orang pun bergegas naik bus dan menduduki kursi empuk yang tersedia. Di bekali dengan doa, rombongan pun akhirnya berangkat tepat pada pukul 09.24 WIB. Langit yang mendung di sertai dengan rintik hujan dengan intensitas sedang, mewarnai sepertiga perjalanan menuju lokasi. Pukul 11.30 WIB, bus pun tiba di Gereja St. Petrus Kanisius Paroki Tayan Hilir, tempat persinggahan sementara sambil menunggu jemputan menuju Dusun Embuluh Kenaik. Karena akses jalan menuju kampung belum bisa di lewati oleh mobil desa yang menjemput, maka seluruh rombongan (termasuk 1 orang tim perintis yang telah lebih dulu tiba di paroki) beristirahat sembari menunggu jalan membaik agar dapat di lewati. Setelah sempat berbincang – bincang dan membantu kegiatan pastor di paroki, pukul 13.45 WIB, mobil yang di nanti pun tiba. Tepat pukul 14.10 WIB, mobil desa hasil dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Transportasi Perdesaan Tahun 2012 pun berangkat dengan mengangkut peserta KKS 2014 PMKRI Pontianak untuk menuju lokasi.

Gbr 2. Salah satu titik jalan menuju lokasi
Disini lah ironi terjadi. Sepanjang perjalanan menuju kampung yang di tuju, rombongan di suguhi dengan jalan yang berasal dari tanah merah. Tanah yang tentu nya akan menjadi licin dan sulit untuk di lewati manakala hujan turun. Dan hal itulah yang terjadi pada jalan yang di lewati, karena sehari sebelumnya, hujan sempat mengguyur lokasi hingga menyebabkan keterlambatan penjemputan di paroki. Infrastruktur jalan seperti itukah yang harus masyarakat terima sebagai kompensasi atas jauh nya akses menuju pusat kabupaten ?

Sawit, sawit, dan sawit. Sepanjang perjalanan menuju lokasi, hanya kebun sawit yang menemani perjalanan rombongan. Ya, Kalimantan Barat memang sudah “habis” karena sawit, dan sudah “sewajarnya” pemandangan tersebut di ketemukan. Mobil desa tersebut pun berhenti manakala tiba di simpang jalan menuju dusun yang di tuju. Alasannya sederhana : “Jalan Rusak”. Lagi – lagi rombongan harus di “paksa” untuk memahami jalan yang hancur, yang belum pernah tersentuh dengan aspal yang memenuhi jalan ibukota. Mobil angkutan pun berganti. Di simpang tersebut, telah menunggu 2 orang lagi tim perintis bersama dengan mobil Taft yang memang telah siap sedari awal, menunggu perintah untuk berangkat. Karena kapasitas mobil yang tidak mampu untuk menampung 19 peserta KKS 2014, maka di putuskan bahwa mobil tersebut akan terlebih dahulu mengangkut peserta wanita bersama dengan barang – barang bawaan. Konsekuensi logisnya, peserta pria di minta untuk berjalan kaki sembari menunggu mobil tersebut kembali untuk menjemput peserta. Tanpa menunggu waktu lama, keputusan tersebut pun di laksanakan. Sepanjang perjalanan, peserta pria maupun wanita di suguhi pemandangan jalan yang sungguh memprihatinkan. Infrastruktur jalan yang seharusnya mampu memanjakan pengguna jalan, tidak lagi pantas dan layak untuk di sebut sebagai jalan yang sebenarnya. Kubangan air menanti di banyak titik, menghiasi perjalanan rombongan menuju lokasi. Hingga pada akhirnya, pukul 17.00 WIB, setelah melewati beberapa persimpangan jalan, rombongan pun tiba di SD Negeri 16 Dusun Embuluh Kenaik, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau. Di salah satu ruangan dari sekolah tersebut lah yang kemudian menjadi “markas” bagi peserta KKS 2014 PMKRI Cabang Pontianak Santo Thomas More selama kegiatan yang di jadwalkan dari tanggal 17-22 Februari 2014 berlangsung.
 

Blogger news

 photo foto-animasi-bergerak-6710_zps25aba06b.gif

About